MUDZAKARAH ULAMA

ومن الناس والدّواب والانعم مختلفٌ الونه كذلك انما يخشى الله من عباده العلماء انّ الله عزيزٌ غفورٌ ـ

Jumat, 25 April 2008

Hari Ini Musyawarah Harian DP3MU

Bertempat di Auditorium Yayasan AKUIS Pusat, pagi hari ini sabtu, 20 rabiul akhir 1428 atau 26 April 2008 akan dilangsungkan acara Musyawarah Harian Dewan Perancang dan Panitia Mudzakarah Ulama.Tampak sejak jum-at malam selepas acara Kaderisasi Mubaligh Sunah sekitar pukul 23.00, Panitia terutama Bidang Akomodasi dan Kesekretariatan tampak mulai sibuk mempersiapkan ruangan dan makalah yang akan digunakan esok paginya.

Juga sejak jum-at kemarin sebagian anggota PMU dari Pulau Bangka, antara lain Ust.Rusian Heldy Idrus sudah tiba di Palembang dan menginap di Komplek Yayasan AKUIS. Dari pantauan pada pagi ini, telah banyak utusan yang hadir. Rombongan dari Prabumulih dan Kota Palembang sudah pula hadir. Memang untuk Musyawarah Harian yang diundang hanya anggota yang tinggal tidak jauh dari Kota Palembang-dengan pertimbangan untuk kemudahan komunikasi. Berbeda dengan Musyawarah Pleno yang mengundang seluruh anggota dari seluruh Kawasan Rumpun Melayu.

Namun demikian bagi anggota DP3MU yang tidak hadir akan tetap dapat memantau perkembangan aktivitas, dengan membaca surat-surat yang dikirim Panpel dan melalui Buletin dan web site al-ulama.net dan mudzakarah.blogspot.com.

Agenda yang akan dibahas antara lain evaluasi hasil Musyawarah Pleno 2, hasil silaturahim ke Ulama dan Keraton di Pulau Jawa dan hal-hal penting lainnya.

Kamis, 24 April 2008

BAGAIMANA CIRI KHAS 'ULAMA SU' DAN 'ULAMA SHOHIH

الحمد للهِ الّذي ارسل رسولهُ بالهدى ودين الحقِّ ليظهرهُ على الدِّين كلّه ولو كره المشركون . اللّهم صلّى على محمّد وعلى اَلِيهِ واصْحابهِ

اعوذ بالله من الشّيطان الرّجيم

ومن الناس والدّواب والانعم مختلفٌ الونه كذلك انما يخشى الله من عباده العلماء انّ الله عزيزٌ غفورٌ ـ

Artinya :

“Dan diantara manusia, dan diantara yang melata dan diantara hewan ternak yang bermacam warna dan jenisnya, sesungguhnya yang paling takut kepada Allah diantara hamba-hambaNYa adalah al-‘Ulama, (Qs.Fathir, 35 : 28)


Amma ba’du
, dalam sebuah hadits riwayat Muslim bersumber dari Anas yang membayankan atau menjelaskan terhadap al Qur-an Surah Fathir ayat 28 di atas dinyatakan bahwa :

العلماء اُمناء الله على خلقهِ

("al ‘Ulama adalah pemegang amanah Allah atas makhluqnya”).

Kemudian ada juga satu lagi hadits dari sumber Anas, riwayat Muslim yang menyatakan :

العلماءُ امناء الرّسل مالن يٌخلط السلطانَ ودخل الدنياَ اذا خلط السلطان ودخل الدنيا فقد خان الرسل فاهذروهُ

(Al ‘Ulama pemegang amanah para rosul, selama ia tidak menjilat penguasa / ambisi kekuasaan, dan tidak cinta berat terhadap dunia / materialis, jika ia menjilat penguasa / ambisi kekuasaan, dan cinta berat terhadap dunia / materialis maka sungguh ia telah menghianati para rosul, maka jauhilah ia”).

Hadits ini menjelaskan al Qur-an Surah Assyura ayat 13 :

شرع لكم من الدين ما وصى به نوحآ والذي اوحينا اِليك وما وصّينا به ابراهيم وموسى وعيسى انْ اقيموا الدّين ولا تتفرّقوا فيه كبر على المشركين ما تدعوهم اليهِ الله يجتبى اليه من يشاء ويهدى من ينيب ـ

“Disyariatkan atas kamu ad Din, (yaitu) apa yang Kami wasiatkan dengannya kepada Nuh, dan apa-apa yang Kami wahyukan kepadamu (Muhammad), dan apa-apa yang Kami wasiatkan dengannya kepada Ibrahim dan Musa dan Isa, bahwa tegakkanlah ad Din dan janganlah berpecah-belah didalamnya. Berat rasanya bagi orang-orang musyrik seruan kamu atas mereka, Allah menetapkan dengan seruan itu siapa yang dikehendakiNya, dan menunjuki dengannya orang-orang yang kembali (bertaubat)”.

Sedangkan ada pula sebuah hadits yang berbunyi :

العلماءُ ورثُ الانبياءَ

(al 'ulama adalah pewaris para nabi).

Tetapi kedudukan matan atau isi hadits ini lemah (dhoif) sehingga tidak boleh dijadikan hujjah, karena masalah kenabian tidaklah diwariskan.

Maka kedudukan ‘ulama adalah suatu ketetapan dari Allah bagi hamba-hambaNya yang terpilih untuk memegang amanah kerasulan, yaitu memandu ummat dengan sistem dan program yang telah dicontohkan Rosulullah menuju kebahagiaan sejati di dunia akhirat setelah Dia tidak lagi mengutus para nabi dan rosul pembawa risalah.

Berdasarkan kaidah bahasa arab, ‘ulama’ berasal dari kata kerja dasar ‘alima (telah mengetahui); berubah menjadi kata benda pelaku ‘alimun (orang yang mengetahui - mufrad/singular) dan ‘ulama (jamak taksir/irregular plural).

Berdasarkan istilah, pengertian ulama dapat dirujuk pada al-Qur-an dan hadis. Namun yang sangat masyhur dalam hal ini adalah :

انّما يخش اللهَ من عبدهِ العلماءُ

(sesungguhnya yang paling takut kepada Allah diantara hambaNya adalah ’ulama).

Kata al-’ulama’ dan al-’alimun sekalipun berasal dari akar kata yang sama tapi keduanya memiliki perbedaan makna yang sangat signifikan. Perbedaan makna ini dapat ditengarai dalam Al-Qur-an ketika kata al ’ulama’ disebutkan hanya 2 (dua) kali dan kata al alimun sebanyak 5 (lima) kali, dan kata al ’alim sebanyak 13 (tiga belas) kali (lihat al-Baqi, al-Mu’jam, hlm. 603-604). Penggunaan kata al-’ulama’ dalam Al Qur-an selalu saja diawali dengan ajakan untuk mengkaji secara mendalam terhadap esensi dan eksistensi al Khaliq serta ayat-ayatNya, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis. Ajakan berfikir secara benar terhadap ayat-ayat Allah ini antara lain bertujuan untuk mencari sebab akibat terhadap hal-hal yang akan terjadi sehingga dapat memunculkan kaidah-kaidah baru yang bersumber dari Kitabullah. Sehingga dengan kaidah ini akan dapat dimunculkan program pengentasan permasalahan ummat. Ummat yang mengambilnya sebagai panduan maka akan selamat begitupun sebaliknya.

Kata al-’alimun diiringi dengan usainya suatu peristiwa dan Al-Qur-an menyuruh mereka untuk merenungi kejadian ini sebagai bahan evaluasi agar kejadian tersebut tidak terulang lagi. Contoh pada tataran ini adalah ketika Al-Qur’an mengajak al-’alimun untuk memikirkan peristiwa-peristiwa yang dialami oleh umat terdahulu disebabkan dosa yang mereka lakukan (lihat Q.S. Al-’Ankabut ayat 40-43).

Penyebutan kata al-’alim dalam bentuk tunggal semuanya mengacu hanya kepada Allah dan tidak kepada selainNya. Penggunaan kata ini diiringi dengan penciptaan bumi dan langit serta hal-hal yang ghaib dan yang nyata. Hal ini mengindikasikan bahwa munculnya pengetahuan manusia berbarengan dengan munculnya ciptaan-ciptaan Allah.

Bercermin kepada ayat di atas bahwa Allah menjelaskan, diantara hamba-hambaNya yang diperintahkan mengabdi kepadaNya, maka yang paling takut kepada Allah hanyalah orang-orang yang telah menepati kriteria al-‘ulama.

Bila coba kita uraikan satu persatu lafadz dalam Surah Fathir ayat 28 di atas secara kaidah tafsir bil matsur (menafsirkan dengan panduan al-qur-an dan hadits shohih), maka insyaAllah akan didapati kandungan makna yang mendalam.

Pertama lafadz “yahsya” yang bermakna “takut” adalah memiliki bobot yang lebih dibanding lafadz “khoufa” yang juga bermakna takut. Coba perhatikan lafadz “khouf” dalam Surah Ali Imran ayat 139 :

"ولا تهنوا ولا تحزنوا...."

(Dan jangan kamu takut dan janganlah berduka cita..).

Takut pada ayat ini arahnya adalah rasa takut terhadap makhluq (khususnya kuffar) karena Allah telah menetapkan derajat yang mulia kepada hambanya yang beriman. ”...Wa antum al-a’launa in kuntum mukminin” (sedang kamu kamu mulia, jika kamu beriman).

Sedangkan lafadz ”yahsya” (takut) pada Surah Fathir ayat 28 adalah rasa takut kepada sesuatu yang pantas untuk ditakuti, yaitu kepada Allah Rabbul 'Ala. Munasabahnya atau persesuaian maknanya dapat kita lihat dalam surah an Nur ayat 52 :

ومن يطع الله ورسوله ويخش الله ويتّقهِ فاُ ولاءك هم الفا ءزون ـ

(Siapa yang taat kepada Allah dan Rosul, dan takut dan bertaqwa maka merekalah orang-orang yang mendapatkan kemenangan).

Maka siapa saja yang taat kepada Allah dan RasulNya karena dilandasi sifat takut, maka sifat takut ini akan mewujudkan perilaku taqwa, selanjutnya taqwa inilah yang menjadi syarat bagi seseorang untuk mendapatkan kemenangan di dunia dan di akhirat.

Faktor atau sebab apakah yang menyebabkan seorang hamba menjadi takut kepada Allah? Sebabnya adalah karena ia mengenal kebesaran Allah. Sedangkan yang dapat mengenal kebesaranNya hanyalah hamba-hamba Allah yang diberi kefahaman ilmu yang mendalam atau disebut al ’Ulama.

Siapa Saja Yang Digolongkan Allah Sebagai ’Ulama?

Mari coba kita telusuri penjelasanNya dalam alQur-an dan hadits-hadits RasulNya mengenai derajat al-’Ulama.

Pertama... dalam surah at-Taubah ayat 128 :

لقدْ جاء كم رسولٌ من انفسكم عزيزٌ عليه ما عنتّم جريصٌ عليكم بالمؤمنين رءفٌ رّجيم ـ

“Sungguh telah didatangkan kepadamu seorang utusan dari golonganmu sendiri, terasa berat baginya apa-apa yang menimpa kamu peduli kepadamu, terhadap mukmin penyantun dan penyayang”.

Lafadz ”rosulun” (seorang utusan) adalah berbentuk ism nakhirah (umum), berbeda dengan ”al rosul” (seorang utusan) berbentuk ism makrifat (khusus). Maknanya ”rosulun” pada ayat ini dapat berarti Rosulullah Muhammad atau bisa pula artinya para ’ulama. Sedangkan ”al rosul” jelas arahnya hanya bermakna Rosulullah (Muhammad SAW).

Karena ada dua hadits riwayat Muslim dari Anas yang menjelaskan tentang keberadaan al-’Ulama, yaitu :

العلماءُ امناء الرّسل مالن يٌخلط السلطانَ .... العلماء اُمناء الله على خلقهِ

Juga satu hadits yang berbunyi :

اذا رايت عالم يخلدُ السّلطان مخلطت كثير فاعلم انهَُ لصٌ

”Jika kamu lihat seorang ’alim mendekati penguasa atau banyak campur tangan urusan penguasa, maka ketahuilah bahwa ia adalah pencuri”

Maka... jelaslah bahwa Allah tidak lagi mengutus Nabi dan Rosul setelah Rosulullah Muhammad, maka Dia meletakkan amanah kepemimpinan ummat dan makhluqNya hanya kepada al ‘Ulama, untuk memandu menuju keridhaanNya.

Kedua... dalam Surah an Nur ayat 37,

رجالٌ لاَّ تلهيهم تجارة ولا بيعٌ عن ذكر الله واقام الصلواةِ واِيتاء الزّكوة يخافون يومآ تتقلّب فيهِ القلوب والابصرُ ـ

“Lelaki yang tidak terlena dengan perdagangan dan jual-beli dari dzikrullah, dan menegakkan sholat dan mendatangkan zakat, karena takut kepada suatu hari dibolak-balikkan hati dan pandangan”

Makna tidak terlena adalah, segala aktivitas di dunia yang tujuannya untuk kesenangan pribadi akan mampu disingkirkannya demi memenuhi seruan yang lebih utama yaitu memenuhi panggilan Allah dan rosulNya. Sehingga seluruh niat atau motivasi dan ‘amaliyah atau kerjanya dialandasi karena perintah Allah dan rosulNya.

Ketiga... dalam Surah al Baqarah ayat 207-208,

ومن النّاس من يشرى نفسه ابتغاء مرضات الله والله رءوفٌ بالباد ـ ياءيّها الذين ءامنوا ادْخلوا فى السلْم كافّة ولا تتبعوا خطوات الشّيطان انّه لكم عدُوٌّ مُّبينٌ ـ

“Dan diantara manusia ada yang mereka menjual dirinya untuk mencari keridhoan Allah, dan sungguh Allah Maha Penyantun terhadap hambaNya. Wahai orang-orang beriman, masuklah kamu kedalam kesepakatan (assilmun) secara ka-ffah (mendunia), dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaithon, sesungguhnya syaithon adalah musuhmu yang nyata”.

Lafadz “assilmun” umumnya diterjemahkan sebagai Islam, namun menurut Kamus Annubuwah maknanya adalah “bentuk kesepakatan”. Maka yang dapat bersepakat secara kaffah (mendunia) bukanlah orang-orang awwam. Tetapi hanyalah para ’ulama yang telah menjual lahir-bathinnya kepada Allah. Sedangkan dalam Kitab Ilmu Tafsir al Itqon, yang disusun Imam as Suyuthi, dinyatakan bahwa ”assilmun” maknanya adalah ”attho’ah” (keta’atan), dan ”ka-ffah” (al jama-ah). Artinya keta’atan secara berjamaah.

Natijah (Kesimpulan)

Dari beberapa ayat dan hadits diatas dapatlah ditarik suatu kesimpulan bahwa Allah menetapkan beberapa kriteria atau ciri khas al ‘ulama yang dapat dikenali, sedangkan seorang hambanya tidak dibenarkan memplokamirkan dirinya sebagai ‘ulama, yang dikhawatirkan menimbulkan sikap takabur. Karena kedudukan ‘ulama hanya Dia yang Maha Mengetahui dan bukan gelar dari manusia ataupun dari penguasa.

Atas dasar itulah sifat dan sikap yang dapat kita kenali dari al‘ulama antara lain :

  1. Takut untuk mengada-adakan suatu ucapan atau perbuatan atas nama perintah Allah atau rasulNya. Ia berhati-hati dalam beribadah dengan semata-mata berlandaskan kepada hujjah dari Kitabullah dan sunah rasulNya yang shohih, sehingga memunculkan ’amaliyah taqwa. (Qs.35 : 28 dan Qs. 24 :52).
  2. Menjadikan Syariat Islam sebagai satu-satunya solusi final bagi keselamatan ummat manusia sedunia(Qs.42 :13).
  3. Memiliki rasa prihatin kepada penderitaan ummat, kemudian mengupayakan suatu solusi / harish (program pengentasan ummat), karena memiliki sifat penyantun dan penyayang (Qs.9 :128)
  4. Memegang teguh amanah dari Allah berupa dan shabar / teguh pendirian terhadap godaan dan cobaan, karena rosul menjelaskan bahwa ’ulama tidak pernah melakukan hal-hal berikut : menjilat atau mencari muka kepada penguasa, ambisi jabatan, cinta berat terhadap dunia atau materialistik. Artinya segala amalnya tidak diukur dengan uang, tidak banyak ikut campur urusan penguasa apalagi berpolitik. Karena bila mereka melanggar batasan ini, maka rosul memberi julukan sebagai pencuri (li-sun) dan pengkhianat, dan ummat diperintahkan menjauh dari ’ulama syu’ ini.
  5. Mengutamakan urusan perintah Allah dengan ibadah / dzikir, menegakkan sholat dan mendatangkan zakat diatas segala urusan pribadi seperti perdagangan dan jual-beli. (Qs.24 : 37).
  6. Menyerahkan / menjual lahir-bathinnya hanya kepada Allah dengan mengharap ridhoNya bukan mengharap imbalan materi, kedudukan, dan pujian manusia. (Qs.2:207)
  7. Mengupayakan untuk membangun kesepakatan ’Ulama secara mendunia dalam menepati perintah Allah untuk menerapkan Syariat Islam secara kaffah. (Qs.2:208).


Wallahu’alam bi showab

Rabu, 23 April 2008

Utusan Khusus Kesultanan Nusantara

Sesuai dengan hasil Keputusan Pleno ke-2 lalu, di Sukajadi tanggal 21-22 rabiul awwal 1429 atau 29-30 Maret 2008, pada Point 2.1. yang isinya :

Membagi tugas kepada para anggota DP3MU untuk menjadi utusan, guna bersilaturahim kepada tokoh Islam dan ‘Ulama Kesultanan di wilayah Rumpun Melayu dalam rangka mensosialisasikan maksud dan tujuan pelaksanaan Mudzakarah ‘Ulama Serumpun Melayu tahun 2010.- Maka diantara utusan yang ditunjuk tersebut adalah K.H. Aby Muhammad Zamry Tuanku Kayo Khadimullah. Beliau adalah Wakil Ketua DPMU dan juga sebagai ‘Ulama Kesultanan Pagaruyung.

Atas dasar kesepakatan inilah, disusun beberapa langkah kerjanya, yaitu :

  1. Kepanitiaan akan menjalin silaturahim ke kesultanan se-nusantara melalui surat atau tulisan.
  2. DP3MU akan bersilaturahim tiap koordinator kesultanan se-nusantara.
  3. Mengingat adanya rencana Festival Keraton se-nusantara pada oktober 2008 nanti di Gowa, Sulawesi Selatan, maka DP3MU akan mengisi pertemuan ini dengan mengadakan Musyawarah Kesultanan se-Nusantara yang difasilitasi Sultan Pagaruyung.

Bagi segenap Panitia dan pendukung Mudzakarah ‘Ulama tentunya dari sekarang harus mempersiapkan diri untuk menyambut dan mensukseskan program tersebut.

Rabu, 16 April 2008

Karaton Surakarta Mendukung Mudzakarah Ulama Serumpun Melayu 2010

Pada pertengahan April 2008, DP3MU mengadakan kunjungan silaturahim ke beberapa ‘ulama di Pulau Jawa dan ke pimpinan Karaton Surakarta Hadiningrat. Utusan DP3MU yang diwakili Ust. Muhammad Bardan Kindarto, Ust. Arbani, dan Ust. Salman Ayang diterima langsung oleh pimpinan Karaton Surakarta Hadiningrat, Gusti Kanjeng Ratu Wandansari di Istananya Jalan Balu Wanti Surakarta pada hari Jum-at, 11 April lalu.

Acara silaturahim yang berlangsung sekitar pukul 11.30 sampai jam 12 siang ini berlangsung akrab dan diantara hasilnya adalah pihak Keraton Surakarta mendukung suksesnya Mudzakarah Ulama Serumpun Melayu yang insyaAllah akan diselenggarakan tahun 2010 nanti. Selain itu bersedia pula untuk menjadi fasilitator dalam acara pertemuan Keraton Se-Nusantara nanti dengan pihak DP3MU. Perjalanan DP3MU ke berbagai keraton dan kesultanan di Rumpun Melayu merupakan bagian dari amanah tugas hasil Musyawarah Pleno ke 2 pada 29-30 maret lalu.

Perlu diketahui bahwa Karaton Surakarta Hadiningrat telah ditetapkan oleh seluruh Keraton dan Kesultanan di Nusantara untuk menjadi sekretariat bersama dan sebagai pusat informasi segala hal berkaitan dengan kegiatan keraton se-nusantara.

Satu hal yang cukup istimewa dalam lingkungan Karaton Surakarta Hadiningrat adalah ketika dilaksanakan jamaah Jum-at di Masjidnya, ternyata masih menerapakan tatacara sunah rasulullah yang telah diajarkan para ulama terdahulu.

Kiranya dengan masih terpeliharanya nilai-nilai Islam dalam lingkungan Kesultanan dan Keraton di Nusantara akan menjadi perekat ummat Islam untuk bersama-sama berupaya menerapkan syariat Islam secara kaffah dan mendunia, sesuai tuntutan Kitabullah sendiri dan tuntunan sunah RasulNya.

Agenda Kerja DP3MU Juni 2008

Pada pertengahan Juni 2008 yang akan datang, InsyaAllah Dewan Perancang dan Panitia Pelaksana Mudzakarah Ulama (DP3MU) akan mengadakan silaturahim dan musyawarah bersama Ulama-ulama se-Pulau Jawa. Agenda yang akan dilaksanakan antara lain sosialisasi program Mudzakarah Ulama Serumpun Melayu 2010 dan melengkapi anggota DP3MU yang telah ada, mengingat program yang diusung berskala dunia dan besarnya animo ummat Islam untuk terlibat secara aktif dalam program ini yang dipantau dalam beberapa tahun ini.

Pertemuan bulan juni ini sendiri akan difasilitasi oleh Yayasan Muslimin (Yasmin) dengan Pimpinannya Ustadz Dr. Orde Jauhari, dimana beliau adalah salah seorang anggota Dewan Perancang Mudzakarah Ulama Serumpun Melayu yang nampak senantiasa aktif dan penuh semangat. Hal ini dilihat dari beberapa ungkapan beliau yang senantiasi berkomitmen dan memacu semangat anggota panitia lainnya dalam setiap komunikasi dan beberapa acara pleno.

Yasmin sendiri akan mengundang ratusan ‘ulama se-pulau jawa. Maka silaturahim ini insyaAllah merupakan suatu langkah strategis dalam membangun kesepakatan awal para ’ulama untuk menuju bangunnya Daulah Islam Dunia nantinya.

Selain itu juga insyaAllah akan pula berlangsung tabligh dan silturahim dengan ’ulama dan tokoh ummat di Pulau Pangung, Kecamatan Semendo Pagaralam yang diprakarsai oleh Ustadz Said Abdullah, seorang tokoh ummat setempat yang juga anggota DPMU.

Dengan ini, mari segenap anggota DP3MU dan saudara-saudara muslim kami yang berada di berbagai belahan bumi Allah yang telah mendengar seruan ini hendaknya kita senatiasa bersemangat dalam melaksanakan pengabdian kepada Allah dengan terus meluruskan niat dan menata langkah. Mudah-mudahan Allah senatiasa meridhoi, memimpin, melindungi, dan menolong langkah-langkah kita ini. Sekali kaki melangkah, berpantang kita surut ke belakang.!!