MUDZAKARAH ULAMA

ومن الناس والدّواب والانعم مختلفٌ الونه كذلك انما يخشى الله من عباده العلماء انّ الله عزيزٌ غفورٌ ـ

Sabtu, 14 September 2024

FIR’AUNISME MODERN DALAM KAITANNYA MERUSAK UMAT DAN GENERASI*)

 

Sesungguhnya Fir'aun telah berbuat sewenang-wenang di muka bumi dan menjadikan penduduknya berpecah belah, dengan menindas segolongan dari mereka, menyembelih anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka.  Sesungguhnya Fir'aun termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan. 

Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi (Mesir) itu dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi (bumi). (Qs.28:4-5)

Fir’aunisme

Fir'aun (Arab: فرعون Firʻawn; bahasa Ibrani: פַּרְעֹה, paroh; bahasa Inggris: Pharaoh) adalah gelar yang dalam diskusi dunia modern digunakan untuk seluruh penguasa Mesir kuno dari semua periode. Dahulu, gelar ini mulai digunakan untuk penguasa yang merupakan pemimpin keagamaan dan politik kesatuan Mesir kuno, hanya selama Kerajaan Baru, secara spesifik, selama pertengahan dinasti kedelapanbelas. Untuk penyederhanaan, terdapat kesepakatan umum di antara penulis modern untuk menggunakan istilah ini untuk merujuk penguasa Mesir semua periode. Firaun juga mengaku sebagai Tuhan.

Ketika wafat, Firaun dimakamkan bersama harta bendanya di makam berhias tulisan hieroglif, jenasahnya diawetkan dengan ramuan khusus, minyak dan garam, kemudian dibungkus dengan kain kedap udara yang diikat. Karena Firaun dianggap sebagai wakil bangsa Mesir dihadapan para dewa, kedamaiannya di dalam kehidupan di alam baka merupakan harapan semua anggota masyarakat.

Etimologi

Firaun diyakini berasal dari kata Ibrani Paroh. Kata Ibrani aslinya berasal dari bahasa Mesir Pr-Aa yang artinya adalah "Rumah Besar". Pertama-pertama ini adalah istilah untuk istana kerajaan, tetapi lama-lama artinya adalah penghuni istana ini, yaitu sang raja.

Gelar firaun

Asal mula gelar Firaun terjadi pada masa awal-awal perkembangan masyarakat lembah Sungai Nil yang sangat subur yang bercorak pertanian. Untuk pengairan, masyarakat mesir kuno pada awalnya mengandalkan musim banjir dan kemudian dilengkapi dengan irigasi teknis pada masa-masa berikutnya. Karena tanah dan batas-batas tanah sangat penting dalam struktur masyarakat mesir kuno saat itu, maka diangkatlah tokoh masyarakat yang dihormati untuk mengatur batas-batas tanah dan segala hal yang menyangkut tata kehidupan masyarakat. Tetua masyarakat itu diberi gelar pharao (firaun) yang karena berkembangnya sistem kemasyarakatan dan negara, Pharao ini diangkat menjadi raja yang pada masa itu sebagai pemimpin negara dan pemimpin keagamaan.

Pada awal perkembangannya, masyarakat Mesir kuno terbagi atas Mesir hulu dan Mesir hilir yang memiliki firaun dan lambang mahkota sendiri sendiri. Raja Menes dari Thebes akhirnya menyatukan kedua daerah menjadi satu kesatuan kekuasaan. Mahkota yang digunakan adalah mahkota rangkap. 1)

Kisah fir’aun cukup banyak dicantumkan dalam Al Quran, bahkan jasadnya diabadikan sebagai bukti nyata orang – orang yang mendustakan Allah dan RasulNya. Dalam Al Quran perbuatan firaun dinyatakan dalam lafadz – lafadz mudharaah, termasuk adanya ism ka-na yang bermakna akan terjadi pengulangan sejarahnya pada tiap zaman dengan tokoh yang berbeda sampai datangnya janji kemenangan Islam secara mutlaq di akhir zaman (Qs.9 : 33). Artinya selama syariat Islam belum tegak pola penjajahan dengan penuh kesombongan (fir’aunisme) akan terus muncul di berbagai belahan bumi yang dihuni manusia.

Penjajahan orang katholik dan protestan dari Eropa terhadap Muslimin di Indonesia serta bangsa – bangsa lain di Asia dan Afrika sesungguhnya persis menggunakan system Firaunisme. Hal ini dapat kita teliti secara jelas dari kandungan ayat – ayat Al Quran. Umat Islam negeri ini cukup lama mengalami penjajahan secara fisik (350 tahun totalnya) dan masih berlanjut hingga sekarang walau bukan secara fisik (langsung).

Memahami secara kaidah bahasa dan tafsir dari Firaunisme

Dari Qs.28 : 4, dalam kalimat ‘ala fil ardi bermakna arogan atau sewenang – wenang (menjajah) di muka bumi. Bentuk penjajahan fir’aun secara garis besar terdiri dari 4 (empat) pola :

1.       Memecah belah lalu menguasai (divide and rule system), lafadz syia-an bermakna kelompok yang saling bertentangan.

2.       Politik “Belah Bambu”, satu kelompok diangkat kelompok lainnya ditindas (indirect rule system).

3.       Membunuh karakter kepemimpinan laki – laki muslim (inferiority complex – kesadaran kerendahan dirinya) dengan brain wash dan menjauhkan dari Panduan Wahyu.

4.       Menghidupkan femisnisme yang menuntut emansipasi perempuan yang sebenarnya berupa eksploitasi kaum perempuan (women exploitation).

Kenyataannya keempat pola ini masih berlangsung hingga saat ini, maka Allah mengingatkan bahwa kejadian ini sebagai “bala’ yang sangat besar” bagi manusia dan kemanusiaan (Qs. 2 : 49). Namun jika umat mukmin mau berupaya (jihad) melepaskan dari belengu penjajahan ini dengan dipandu oleh wahyu dan sunah rasul serta menepati kesabaran serta keikhlasan maka Allah janjikan kemenangan bagi kaum yang terjajah tersebut. Bahkan akan diangkat sebagai pemimpin – pemimpin dunia dan diganti keadaan mereka menjadi aman dan mewarisi bumi ini. (Qs. 28:5, 85).

Penerapan Fir’aunisme oleh Penjajah Ahli Kitab dan Musyrikin masa kini

Dalam Qs. 4:51-52, Allah telah memberitakan bahwa Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani) telah beriman kepada Jibti (kesesatan) dan Thoqut (Syaiton, Berhala, dan segala yang disembah selain Allah). At Thoqut (ism) adalah oknum pelakunya, Thoqo (fiil madhi) : melampaui batas adalah sifat yang juga dinisbahkan kepada Fir’aun (Qs.79:17 & 89 : 11). 

Contoh konkret dari 4 pola Firaunisme ini untuk mempertahankan dan meluaskan tahta kekuasaan politik dunia adalah :

1.       Divide and rule system

Membuat maping (pemetaan) konflik horizontal sehingga rakyat menjadi lemah dan tidak mengusik penguasa. Potensi konflik tersebut meliputi aktivitas pembenturan agama, aliran kepercayaan, bangsa dan etnik, peradaban, organisasi massa (NGO), tapal batas negara, dan  banyak lagi. Intinya adalah mengadu domba atau memecah belah lalu setelah lemah mereka dikuasai.

2.       Indirect rule system

Artinya Politik Belah Bambu, sebagian diinjak sebagian lagi diangkat. Fihak pendukung kebijakan raja akan diangkat dan di bela, sebaliknya fihak pembangkang atau oposisi akan ditindas. Orang beriman dimusuhi sementara kafir dan munafiq dipelihara.

3.       Inferiority complex

Membunuh karakter kepemimpinan laki – laki muslim (– kesadaran kerendahan dirinya) dengan brain wash dan menjauhkan dari Panduan Wahyu. Proyek ini dilakukan secara rapi melalui sektor pendidikan yang memutuskan hubungan inteligensial (potensi otak) namun menafikan faktor spiritual (agama). Akhirnya jadilah bangsa pemuja peradaban non Islami dan malu dengan peradaban Islam.

4.       Women exploitation

Membiarkan hidup anak perempuan, bermakna pula menghidupkan sifat keperempuanan. Perempuan dieksplotisasi sedang laki – laki dipaksa menjadi perempuan. Maka secara massive gerakan LGBT disosialisasikan ke seluruh dunia. Kodrat laki-laki dan perempuan hendak ditukarkan sehingga jika dibiarkan akan mendatangkan bencana penyakit menular, penurunan jumlah manusia, kemerosotan akhlaq, bahkan azab bencana alam.

Media televisi dan internet menjadi alat yang efektif untuk iklan LGBT, dengan target generasi muda agar keberadaan manusia yang kotor dan menyimpang ini dapat diterima sebagai bagian keragaman. Dalam banyak kasus kaum LGBT dijadikan presenter acara televisi, tokoh masyarakat, aktor komedi, tokoh film kartun anak, dan dalam buku – buku bacaan anak.

Strategi Dalam Al Quran dalam Menghadapi Firaunisme

Dengan mengkaji sebagian dari makna Qs.28:5-14, sosok Rasulullah Musa dan Harun ditetapkan Allah sebagai pemimpin bagi pembebasan mukminin dari penjajahan Fir’aun. Maka untuk memunculkan Pemimpin Umat yang akan membuka “dialog” sistem dan peradaban menghadapi Fir’aun Modern (Kaum Imperialis) perlu langkah – langkah persiapan yang cerdas dan sungguh – sungguh. Tidak mungkin pemimpin muncul tanpa tahapan yang dibenarkan Allah (Qs. 84:19). Mereka harus diiktiyarkan semenjak belia dalam buaian sampai masa kematangan jiwa sehingga diharapkan akan bertemu dengan kehendak Allah yang Maha berkehendak.

Pada masa belia, ada tiga perempuan yang berperan disekitar Musa sebagai madrasah awal baginya. Ibu yang sholehah, kakak yang menjaga dan mengawasi perkembangannya, dan Asiah yang mengasihi, merawat dan mendidiknya. Ketiga fungsi inilah yang semestinya ada pada tiap mujahidah yang rindu kemenangan Islam.

Selepas masa kanak – kanak, maka perlu peran ayah atau guru seperti Luqman (Qs.31:13-19) dalam mentarbiyah generasi. Ada lima hal pokok dalam kurikulum Luqman yaitu : Aqidah Tauhid, Akhlaqul Adhim, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Skill, dan Menegement Kemasyarakatan.

Asupan makanan yang halal dan thoyyib sangat berpengaruh pada ketaqwaan manusia (Qs. 5:87-88; Qs.2:168 & 172). Untuk itulah orangtua perlu memperhatikan sumber nafkah mereka.

Rasul ulil Azmi umumnya pernah menjadi pengembala (Ro’in) ternak dan juga sebagai pengusaha. Secara psikologis profesi ini akan bermanfaat dalam mengembalakan umat kelak. Dengan tongkatnya Nabi Musa menopang dirinya ketika berjalan, menghalau ternak, mengumpulkan pucuk daun untuk pakan ternak (kesejahteraan). Kemudian tongkat yang sama dikuatkan Allah dengan mukjizatNya untuk menghadapi Fir’aun, membelah laut, mengeluarkan mata air dari dalam batuan. Itulah sebagian amstal yang menjadi ittibar bagi orang-orang beriman.

Dengan pengalaman sebagai pengusaha Rasulullah Muhammad SAW memilki kemampuan kemandirian ekonomi dan dikenal integritas dan kompetensinya sehingga dakwah pertamapun masuk ke kalangan sahabat pengusaha. Kurikulum seperti inilah yang mestinya ditumbuh kembangkan bagi generasi kita.

Perbaikan Umat Hanya melalui Dakwah dan Tarbiyah

Umat yang sudah terlanjur rusak dan dilemahkan oleh sistem, maka hanya dapat diperbaiki dengan Dakwah dan Tarbiyah (Qs.3:164). Subtansi pokok yang harus difahamkan adalah tujuan hidup hanya untuk beribadah kepada Allah (Qs.51:56 ; 98:5) dan harus mempersiapkan diri menghadapi ujian susah dan senang (Qs.67:2). Tidak dibenarkan berputus asa dari rahmat dan ampunan Allah. Allah Maha Kuasa untuk merubah kondisi pendosa yang bertaubat menjadi hamba –hamba yang bersih dan terpuji InshaAllah (Qs.39:17-18, 39:53, 12:87).

*) Materi Kuliyah Tarikh Islam pada Ma’had Aqulu El Muqoffa, Komplek Yayasan AKUIS, Sumatera Selatan, Indonesia. (al Faqier ilallah : Muhammad Syamsi Mawardi)


0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda