MUDZAKARAH ULAMA

ومن الناس والدّواب والانعم مختلفٌ الونه كذلك انما يخشى الله من عباده العلماء انّ الله عزيزٌ غفورٌ ـ

Kamis, 12 Juni 2008

Silaturahim dengan Raja Gowa

Pada hari Sabtu 7 Juni 2008 lalu, bertempat di Hotel Kaisar Jalan Kalibata Jakarta Selatan berlangsung pertemuan antara Dewan Perancang-Panitia Pelaksana Mudzakarah Ulama (DP3MU) dengan Raja Gowa, Sulawesi Selatan- Andi Komala Ijo SH. Perbincangan yang berlangsung sekitar pukul 19.00 sampai dengan 21.30 diawali dengan perkenalan rombongan DP3MU oleh Ustadz Dr. Orde Jauhari sebagai wakil Ketua DPMU, lalu dilanjutkan oleh Ketua PPMU, Ustadz Arbani.

Pembicaraan kemudian dilanjutkan oleh Ketua PPMU dengan penyampaian tentang proses yang telah dilalui selama ini sampai terlaksananya Musyawarah Pleno ke 2 DP3MU, Februari 2008 yang telah lalu. Dalam penyampaiannya Ustadz Arbani memfokuskan tentang Hasil Keputusan Pleno tersebut- dimana salah satu poinnya tentang Program Silaturahim ke Kesultanan Nusantara dalam rangka sosialisasi Program Mudzakarah Ulama. Turut disampaikan pula Rencana Musyawarah Kesultanan yang akan difasilitasi oleh Sultan Pagaruyung.

Dalam tanggapannya, Raja Gowa menanyakan apa peran dari Kesultanan dalam rencana Mudzakarah Ulama yang akan datang. Maka dijelaskan oleh Ketua PPMU bahwa, panitia mengharapkan agar Raja Gowa bersedia mensosialisasikan rencana tersebut. Ternyata hal ini disambut hangat oleh Raja Gowa dengan janjinya bahwa akan mengundang para ‘Ulama di Wilayah Kesultanan Gowa untuk sosialisasi tersebut. Disamping itu, mengenai rencana Mudzakarah Ulama Serumpun Melayu 2010 ternyata juga sudah terdengar oleh beliau sejak 2 tahun yang lalu.

Sebagai penutup pertemuan slaturahim ini, Ketua DPMU Ustadz Muhammad Bardan Kindarto menyampaikan rancangan materi yang akan dibicarakan pada pertemuan dengan Para Sultan senusantara nanti.-

Right-Left : Ust.Dr.Orde Jauhari, Ust. Muhammad Bardan Kindarto,

Raja Gowa (Andi Komala Ijo SH), dan Ust. Arbani


Rabu, 11 Juni 2008

Cara Memelihara Citra dan Cita Dinul Islam

Perlu kita ingat bersama beberapa pesan penting di dalam al Qur-an bahwa keberadaan Rosulullah Muhammad dan al Qur-an ditetapkan Allah untuk diiukuti oleh ummat manusia seluruh dunia, serta Dinul Islam itu sifatnya universal. Artinya, Dinul Islam adalah sistem ajaran yang tidak akan pernah bertentangan dengan fithrah manusia, keberlakuaannya untuk sepanjang zaman. Islam adalah produk mutlaq dari al Kholiq yang muatannya suci dari segala campur tangan nafsu dan logika manusia. Islam hanya akan dirasa bertentangan bila dihadapkan kehendak nafsu manusia yang telah dikuasai oleh kehendak syaithoniyah.

Bukankah Allah telah menjelaskan secara sempurna terhadap hal ini dalam ayat-ayatNya :

  1. Qs. 34 :28, bahwa Rosulullah diutus untuk ummat manusia secara kaffah (keseluruhan)

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلا كَافَّةً لِلنَّاسِ بَشِيرًا وَنَذِيرًا وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لا يَعْلَمُونَ (٢٨)


Dan Kami tidak mengutus kamu (Muhammad), melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui.

  1. Qs. 45 : 20, al Qur-an sebagai sumber kaidah hokum bagai seluruh manusia

هَذَا بَصَائِرُ لِلنَّاسِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ (٢٠)

Al Qur-an ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakini.

  1. Qs. 3 : 19, bahwa Dinul Islam untuk seluruh manusia, dimana sebagai makhluq yang wajib tunduk kepada kehendak al Kholiq.

إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الإسْلامُ وَمَا اخْتَلَفَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ إِلا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ وَمَنْ يَكْفُرْ بِآيَاتِ اللَّهِ فَإِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ (١٩)


Sesungguhnya ad Diin (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam, tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah Maka Sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.

Dengan demikian, apabila manusia telah menerima ketetapan ini maka dirinya disebut muslim, artinya berserah diri. Sedangkan Allah menyebut hambaNya yang demikian dengan suatu panggilan khusus "ummat terbaik" (lihat Qs.3 : 110). Di dalam kata khoiru ummah mengandung muatan dan pesan khusus yang wajib kita fahami dan laksanakan. Ummat Terbaik artinya pilihan, dimana tidak semua manusia menyandang gelar kehormatan ini. Mereka ini adalah hamba-hamba yang sengaja dikeluarkannya ke tengah manusia sebagai "tim spesialis" atau "agen perubahan" dan "ummat teladan" yang membawa misi pencerahan, pembangunan lahir-bathin dengan cara menegakkan al ma'ruf dan mencegah dari al munkar sedang mereka beriman kepada Allah.

Untuk dapat menjalankan misi menegakkan al ma'ruf dan mencegah dari al munkar ini secara benar, tentunya memerlukan beberapa perbekalan khusus, yaitu :

  1. Meluruskan niat atau motivasi, yaitu bekerja dengan semata-mata merasa didorong oleh adanya perintah untuk mengabdi kepada Allah secara ikhlas menjalankan Addin. Kemudian memunculkan sikap kepeloporan tanpa menunggu orang lain memulainya (Qs.39:11-12).
  2. Membangun kehidupan berjamaah (Qs.3 :110), yang didalamnya tercermin pengamalan Dinul Islam dan terbangun sifat dan sikap mahabbah wa rahmah (cinta kasih dalam rumah tangga), mawaddah fil qurba (cinta kasih sesama muslim), dan mahabbah warrahmah (cinta kasih kepada seluruh manusia).
  3. Sabar dalam kehidupan berjamaah bersama orang-orang yang menyeru kepada Allah dengan tanpa sekalipun berpaling dari mereka karena tergoda oleh dunia (Qs.18 : 28).
  4. Pembenahan hati dari sifat fasiq, yaitu dengan cara berupaya mencintai Allah, Rosulullah dan Jihad di jalanNya diatas segala kecintaan terhadap bapak, anak, saudara, istri, keluarga, kekayaan, perdagangan, dan tempat tinggal (Qs.9:24).
  5. Mempersiapkan sarana dan prasarana untuk kebutuhan perjuangan tegaknya Kalimatullah (Qs.8 : 60).

Maka tatkala perbekalan diatas telah terpenuhi, berarti hamba-hamba Allah tersebut telah memenuhi syarat untuk melaksanakan suatu tugas dari Allah dalam yang dinyatakanNya dalam Qs.41:33,

وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلا مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ (٣٣)

"Maka siapakah yang Paling Baik perkataannya selain orang-orang yang mengajak kepada (jalan) Allah, dan (mereka) mengiringinya dengan 'amal sholih dan seraya berkata kami dari golongan muslim (yang menjalankan Dinul Islam)"

Objek Kerja yang Pasti Dihadapi oleh Ummat Terbaik

Sebagai ketentuan yang sangat wajar atau disebut sunatullah, bahwasannya segala yang tercipta memiliki pasangan yang bersifat antagonistic-berlawanan sifat. Contoh sederhana adanya malam dan siang, gelap dan terang, serta laki dengan perempuan. Begitupun terhadap hamba yang beriman mau tidak mau pasti senatiasa akan dimusuhi oleh orang-orang kafir dengan segala wujud 'amaliyah atau kerjanya dan tingkatan pengingkarannya.
Jika hamba yang beriman menyeru manusia kepada sifat-sifat kemanusian yang secara fithrah menginginkan jati-dirinya senantiasa ingin menghambakan diri kepada Al Khaliq, maka berbeda 180 derajat dengan kemauan orang yang terkena dehumanisasi. Dehumanisasi maknanya adalah orang yang kehilangan sifat manusia serta telah mengalami kemerosotan akhlaqnya selaku makhluq yang dicipta sehingga secara congkak membelakangi tuntunan dari Sang Pencipta.
Secara ringkas, factor pemicu seseorang dapat mengalami dehumanisasi ini dapat dibagi menjadi beberapa sebab yang kesemuanya adalah cerminan sikap-sikap mereka sendiri dalam menerima kebenaran, yaitu dengan beberapa istilah:

  1. Skepticism, yaitu sikap acuh tak acuh, secara lahir seolah mendengar namun kenyataannya menulikan telinga (Qs. 8 : 21).
  2. Agnostics, yaitu sikap angkuh dan menghalangi tegaknya kebenaran (Qs.8:47).
  3. Eclecticism, yaitu kebiasaan berpedoman dengan pendapat kebanyakan manusia dengan mengabaikan pendapat al Qur-an (Qs.6:116).
  4. Hedonism, yaitu tergila-gila dengan kehidupan dunia yang singkat dan sengaja tidak peduli kehidupan akhirat yang kekal dan telah menunggunya (Qs. 76 :27).
  5. Logistic, yaitu qoum yang melandasi hidupnya atas dasar kemampuan fikir yang sejatinya ditetapkanNya terbatas kemampuannya untuk mencerna tentang kehidupan dan kematian, kecuali fikiran yang berlandaskan petunjuk wahyu dari Allah (Qs.45 : 24).

Dasar Pokok Kajian

Petunjuk Allah atas hambaNya dalam upaya menjunjung tinggi Kalimatullah, antara lain dapat mengambil dasar pokok yang tersebut dalam al Qur-an, yaitu :

a. Al Qur-an Surah Az-Zumar Ayat 3: Bahwa Ad-Diin dari Allah itu "bersih" dari segala hal yang akan dapat mengotori wujud pelaksanaan dari kaidah-kaidahnya. Bila dicampur dengan kekotoran nafsu maka hasilnyapun tidak akan pernah sampai dalam mencapai target.

أَلا لِلَّهِ الدِّينُ الْخَالِصُ وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ مَا نَعْبُدُهُمْ إِلا لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللَّهِ زُلْفَى إِنَّ اللَّهَ يَحْكُمُ بَيْنَهُمْ فِي مَا هُمْ فِيهِ يَخْتَلِفُونَ إِنَّ اللَّهَ لا يَهْدِي مَنْ هُوَ كَاذِبٌ كَفَّارٌ (٣)

Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah ad Diin yang bersih (dari syirik). dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): "Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan Kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya". Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar.

b. Al Qur-an Surah Fathir Ayat 10: Bahwa target "kemuliaan" dalam bentuk apapun hanya akan diperoleh melalui perantaraan hamba-hambaNya yang mengupayakan dirinya untuk berada dalam "kondisi bersih dalam bertauhid dan ber'amal sholih".

مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْعِزَّةَ فَلِلَّهِ الْعِزَّةُ جَمِيعًا إِلَيْهِ يَصْعَدُ الْكَلِمُ الطَّيِّبُ وَالْعَمَلُ الصَّالِحُ يَرْفَعُهُ وَالَّذِينَ يَمْكُرُونَ السَّيِّئَاتِ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَكْرُ أُولَئِكَ هُوَ يَبُورُ (١٠)

Barangsiapa yang menghendaki kemuliaan, Maka bagi Allah-lah kemuliaan itu semuanya. kepada-Nyalah naik perkataan-perkataan yang baik dan amal yang saleh dinaikkan-Nya. dan orang-orang yang merencanakan kejahatan bagi mereka azab yang keras. dan rencana jahat mereka akan hancur.

Dengan ketetapan tersebut berarti bahwa yang senantiasa membuat kotor itu adalah "faktor nafsu" (Qs. Yusuf : 53) yang ditetapkanNya sebagai sarang bisikan syaithon (Qs. An-Nisa : 118).

وَمَا أُبَرِّئُ نَفْسِي إِنَّ النَّفْسَ لأمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلا مَا رَحِمَ رَبِّي إِنَّ رَبِّي غَفُورٌ رَحِيمٌ (٥٣)

Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Robbku. Sesungguhnya Robbku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.

لَعَنَهُ اللَّهُ وَقَالَ لأتَّخِذَنَّ مِنْ عِبَادِكَ نَصِيبًا مَفْرُوضًا (١١٨)

Yang dila'nati Allah dan syaitan itu mengatakan: "Saya benar-benar akan mengambil dari hamba-hamba Engkau bahagian yang sudah ditentukan (untuk saya-yaitu nafsu)

Maka Mengingat bahwa:

01. Allah telah memberikan sinyal terhadap kondisi nafsu muthmainnah, yaitu nafsu asal manusia yang tenang untuk melayani kebutuhan pemiliknya (Qs. Al-Fajr : 27-30).

02. Allah telah membatasi antara nafsu dengan `aqal pada hati manusia (Qs. Al-Anfal : 24) sehingga berarti bahwa `aqal pada hati nurani dituntut mengendalikan nafsu, sehingga manusia akan senantiasa menepati perintah tha'at hanya kepada Allah dan RasulNya (Qs. Al-Anfal : 20).

Dengan menepati perintah tha'at hanya kepada Allah dan RasulNya sebgai kaidah taqwa, maka Allah menjanjikan akan mendatangkan dua bagian dari rahmatNya, sehingga "Cahaya Kebenaran" akan senatiasa mengitarinya (Qs.Al-Hadid : 28). Inilah yang disebut kemenangan pemberian Allah terhadap hamba-hambaNya dalam menghadapi Ahli Kitab (Keuskupan Vatikan) dan musyrikin (PBB atau UNO). Karena ujung perjalanan Islam adalah Allah tegakkan Daulah Islam Dunia atas ummat manusia berdasarkan Kehendak dan KuasaNya.

Pembahasan

Dengan memahami terhadap petunjuk dalil sebagai dasar pokok kajian tersebut, maka dapat difaham secara jelas, antara lain bahwa:

A. Ad-Diinul Islam dengan segala sistem dan bentuk peng'amalannya, adalah kepunyaan dan ketetapan, serta wasiat mutlaq Yang Pencipta (Qs.Al-An'am : 53) yang secara pasti merupakan "perbekalan sempurna" bagi penterapan dimensi pengabdian manusia dan kemanusiaan (Qs. Al-Anbiya : 106). Inilah Sistem yang ditetapkan Allah.

B. Allah selamanya tidak pernah membenarkan terhadap segala sistem dari hasil produk manusia, apapun alasannya (Qs. Al-Kahfi : 103-105). Sistem yang mengada-ada (bid'ah) inilah sebagai penyebab kerusakan ummat manusia diseluruh dunia (Qs. Al-A'rof : 106). System ini disebut politik dan ini telah dipelopori oleh Ulama Ahli Kitab (Qs. At-Taubah : 34) yang dikemas melalui "perpaduan antara faktor nafsu dengan faktor sejarah peradaban Yunani kuno" (Qs. Al-Jatsiyah : 23-24)

Kemudian selanjutnya berkembang menjadi "pola sistem pemisahan antara agama dengan kenegaraan" atau sekularisme, sehingga memunculkan tokoh-tokoh sekular dengan konsepnya yang dipersiapkan untuk meracuni bagi kehidupan masyarakat dunia seperti antara lain : Socrates, Plato, Aristotle's, Montesquieu, Dente, Kent, Machiavelli, Maltose dan sebagainya. Dan inilah pula dalam kenyataannya yang dipedomi oleh sebagian besar negara-negara di dunia yaitu sistem yang bertentangan dengan kebenaran dari Allah.
Maka berarti bahwa antara kedua sistem tersebut jelas terjadi antagonisme. Dan andaikatapun dibuat dalam bentuk istilah yang berbeda sumber dan bahasa sekalipun maka tetap pasti terjadi apa yang disebut "Sifat Antagonistik" dari kedua sistem tersebut (Qs. Al-Isro' : 45).
Oleh karena itu bagi tiap pribadi yang telah menerima "Cahaya Islam" (Qs.Az-Zumar :22) dan "hidayah" (Qs. Yunus : 100), di dalam mengemban amanah Islam tidak dibenarkan merusak citra dan cita Islam. Oleh karena itu adalah wajib hukumnya untuk menepati sistem yang ditetapkan Allah (Qs. Al-Furqon : 52) yang dipandukan oleh RasulNya (Qs.Al-Hujurot : 7), sehingga dengan menepati hal ini seorang hamba Allah akan menjadi saksi (syahid) terhadap kedatangan Daulah Islam Dunia atas Kehendak dan Kekuasaan Allah. Dengan demikian jelaslah bahwa hanya sistem dari Allah yaitu Dinul Islam yang wajib dipedomani, kemudian para `Ulama al `Arif dan al Khowasy pulalah yang berperan utama dalam memandu ummat mutaakhir, mengingat bahwa nilai kemanusiaan adalah topik utama dalam al Qur-an.-


Disarikan dari Kaderisasi Mubaligh Sunnah, Sabtu 26 Rab'iul Akhir 1429 H,
Penyaji: Ust.Muhammad Bardan Kindarto.