MUDZAKARAH ULAMA

ومن الناس والدّواب والانعم مختلفٌ الونه كذلك انما يخشى الله من عباده العلماء انّ الله عزيزٌ غفورٌ ـ

Selasa, 13 Januari 2009

DERITA MUSLIM PALESTINA ADALAH BUKTI KELEMAHAN KITA

“Sesungguhnya mukmin itu bersaudara maka damaikanlah antara saudaramu dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha menyaksikan apa yang kamu perbuat”. (Qs.49:10)

“Adapun mukminin dan mukminat sebagian mereka adalah penolong bagi sebagian yang lain, mengajak kepada yang makruf mencegah daripada kemungkaran, mengajak taat kepada Allah dan rosulNya, menegakkan sholat membayarkan zakat, merekalah yang disayangi Allah dan merekalah yang beruntung”.(Qs.9:71).

Bercermin kepada dua petunjuk di atas, bahwa Allah menetapkan nikmat persaudaraan iman kepada kita untuk tolong-menolong dalam beribadah kepadaNya dan dalam segala kesulitan. Laksana sebuah batang tubuh, rosul kita menjelaskan apabila satu saja organ tubuh sakit yang lain ikut merasakan dampak buruknya dan segera memberi bantuan baik berupa perawatan, perlidungan, obat dan nutrisi agar sama-sama dapat sehat dan selamat. Begitu indah dan sempurna ajaran dari rosul kita Muhammad SAW apabila diterapkan. Namun sayang seribu sayang, hal ini sering sengaja kita tinggalkan. Barangkali mungkin mata (hati) kita mulai rabun sehingga sulit membaca, atau ingatan kita mulai pikun terhadap jati diri dan iffah (harga diri) muslim, naudzubillah min dzalika.

Palestina, ya saudaraku di Palestina di saat kalian kehausan dan mengencangkan ikat pinggang karena tak ada sepotong roti basipun untuk mengganjal perut anak-anakmu, maafkan kami disini yang masih ingin bercengkrama dan tertawa selepas makan kenyang. Jangan terlalu berharap kepada kami untuk melemparkan sekerat roti kepada kalian karena kami sudah buta, tuli, pikun. Sebagian besar kami dan ulama kami tidak mau mengikuti resep kemenangan Islam dan kemulian mukmin di dalam “Surat CintaNya”.

Kami diajarkan untuk “tidak tergesa-gesa” dan melihat apa yang sesungguhnya terjadi, seolah deritamu ini baru saja terjadi kemarin sore dan luput dari pengamatan kami. Kami diperintahkan berdiam diri di rumah dan mengurusi “rumah tangga” kami sementara biarlah saudara kami di sebelah rumah dirampok, dibunuh dan di bakar. Maafkan kami sekali lagi yang diberi Allah kemampuan namun tidak mau berbuat berdaya apa-apa. Kami cukup bangga dengan banyaknya sekolah, madrasah, pondok-pondok Islam, dan gelar legal formal. Waktu, tenaga, dan fikiran kami habis untuk itu dan tak sempat memikirkan lengan kami yang luka dan membusuk. Kami jarang memeriksa lever kami yang dideteksi sebuah hadits telah terkena penyakit wahn (takut mati) dan hubbut (gandrung) dunia. Biarlah, toh nanti kita semua akan mati, kalian mati (insyaAllah) sebagai syuhada dan qolbun salim (hati yang selamat), dan kami mati dengan membawa hati yang berpenyakit dan kemurkaanNya-naudzubillah.

Sementara satu persatu kalian dibantai dan dizholimi Kafirin Yahudi, kami melihatnya sebgai tontonan biasa. Sementara kalian sibuk menguburkan jenazah dibwah desingan peluru dan bom kami disini juga sibuk berdebat perlu tidaknya membantu dengan segenap kekuatan kami.
Bukankah ridho dan jannah Allah didapat cukup dengan mengangkat kedua tangan tinggi-tinggi sambil mengumbar air mata. Laksanakan saja 5 rukun Islam, setelah berhaji siapkan koper menuju mati. Lupakan ajaran rosul dan sahabat yang meskipun mereka dijamin Allah masuk Jannah namun tetap mereka melaksanakan jihad. Jihad hanya untuk rosul dan sahabat bukan untuk kita??. Membela Islam dan menjaga kehormatan saudara seiman bukan lagi urusan kita??. Cukuplah kita mendapat gelar legal formal dari manusia lalu mati membawa gelar ketakaburan tersebut dan lupakan gelar kehormatan dari Allah sebagai syuhada sebagai tiket mulus ke JannahNya. Banggalah kita dengan segudang ilmu dan kemahiran bahasa. Cukup diajarkan kepada orang lain tak perlu diamalkan. Cukuplah kita digelari sebagai qoum moderat yang beradab “baik” sesuai kehendak masyarakat internasional.

Masalah muslim Palestina kita serahkan saja kepada “kebijakan” orang-orang musyrik PBB. Kita belum punya nyali membangun dunia dengan konsep milik kita. Bersatu dibawah kepemimpinan Alqur-an dan sunnah rosulNya. Menundukkan hati kepada Allah, merendahkan hati sesama saudara, menahan lisan dan tangan dari menganiaya mereka.
Apa yang terjadi dengan Islam di hati kami, apakah telah luntur oleh buah pendidikan sekular sejak dini, apakah karena kami mengenal Islam dari pendekatan fiqih dan mahzab bukan pendekatan alQur-an Sunnah. Kalau benar demikian wajarlah hati kami bercerai berai. Mata hati kami buta meski jeritan derita saudara kami tampak di layar kaca tiap hari. Ilmu dan gelar yang kami banggakan sama sekali tidak mampu menolong saudara kami.“Apakah sebab kamu tidak mau mentadabburi alQur-an atau hati kamu telah terkunci”. “Apakah sebab kamu tidak mau mentadabburi (kaji) alQur-an, jika sekiranya yang kamu kaji selain (yang datang) dari Allah pastilah kamu temui (buah) perpecahan di dalamnya. (Qs.47:24 & Qs.4:82).

Apa yang terjadi pada sebagian Ulama kami, dimana kami harus mencari bertanya, dan mengadu kepada mereka. Sedangkan Dia dan rosulNya telah menjelaskan ciri-ciri mereka :
Tidak melalaikan mereka urusan dunia dan perdagangan dari dizkr (ingat amanah) Allah(Qs.24:37); peduli terhadap derita ummat, memilki program pengentasannya, dan bersifat penyantun serta penyayang (Qs.9:128); paling takut kepada Allah dari melalaikan amanah (Qs.35:28); pemegang amanah Allah atas makhluq dan risalah (al Hadits).

Wahai saudaraku yang sedang teraniaya kami berpesan, meskipun bantuan kami belum dapat menjangkau kalian tapi pertolongan Allah selalu ada melalui caraNya sendiri. Kuatkan iman kalian, rendahkan hati untuk tidak berpecah belah, lawanlah musuh kita, musuh Din kita, musuh Allah dan Rosul sampai tetes darah terakhir. Haram hukumnya meminta damai kepada mereka, kecuali mereka yang meminta. Jikapun Allah mentakdirkan kalian semua habis dibantai qoum terlaknat itu, kita yakin bahwa Dia akan mendatangkan pengganti dan penerus jihad kalian.

Ya Allah janganlah Engkau jadikn kami qoum yang lalai tugas sehingga berhak untuk diganti dengan qoum lain yang tidak sama dengan kami. Dimana mereka sangat mencintaiMu dan Engkaupun mencintai mereka. Pertemukan kami ya Robbi kepada Ulama sebenarnya serta jadikanlah mereka pemimpin kami yang Engkau janjikan. Janganlah Engkau biarkan urusan kami dipegang oleh orang-orang yang bukan ahlinya dan tidak amanah, jadikan kami sebagai penolong Dinul Islam milikmu serta catatlah kami sebagai syuhada. Laa quwwata ila billah. (abu mujadilhaq-140109).

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda