MUDZAKARAH ULAMA

ومن الناس والدّواب والانعم مختلفٌ الونه كذلك انما يخشى الله من عباده العلماء انّ الله عزيزٌ غفورٌ ـ

Selasa, 01 Juli 2008

BUKTI TERBARU SEJARAH ISLAM DI RUMPUN MELAYU

“Sungguh telah berlalu sunah/ketetapan Allah, maka berjalanlah di muka bumi, perhatikan bagaimana akibat bagi orang-orang yang mendustakan”

(Qs. Ali Imran : 137)

Ayat di atas bila di kaji adalah termasuk golongan ayat tarikhiyah-berkaitan sejarah. Didalamnya ada perintah dari al Kholiq kepada makhluknya-manusia untuk mengambil ittibar atau pengajaran dari ummat terdahulu dengan mencontoh teladan kebajikan mereka serta menjauhi sikap pengingkaran. Secara mafhum mukholafah mengandung peringatan agar manusia menjauhi sikap kedurhakaan kepada Allah Robbul 'Alamin yang akan berakibat merugikan diri mereka sendiri.

Diawali dengan lafadz “qod” yang bermakna penekanan untuk meyakinkan pendengarnya selayaknya lafadz qosham (sumpah). Kemudian ayat ini dilanjutkan dengan dua macam perintah, yaitu “berjalanlah” (meneliti bukti sejarah) dan “perhatikan” (mengambil pelajaran). Artinya, sunatullah tersebut adalah suatu ketetapanNya di alam semesta yang tidak akan berubah bahkan dapat terjadi pengulangan kisah yang serupa dan setiap makhluq tidak akan mampu melepaskan diri dari hal tersebut. Maka hendaknya tiap manusia menyadari bahwa tujuan Allah menciptakan mereka adalah untuk tugas pengabdian dengan menghambakan diri dalam mengelola bumi dan segala isinya. Bukankah Dia telah mengingatkan akan hal ini :

"Tiadalah Aku ciptakan Jin dan Manusia kecuali untuk mengabdi kepadaKu" (Qs. Adzariyat : 56)

Maka poin penting yang patut kita ambil adalah adanya perintah Allah bagi hambaNya agar menyadari dirinya masing-masing bahwa selama proses pengabdian di dunia ini adalah dengan memperhatikan pada sejarah ummat terdahulu. Baik sejarah yang berakhir dengan kebinasaan ataupun sebaliknya berupa kemuliaan. Pertanyaannya adalah bagaimana mendapatkan catatan sejarah yang paling otentik (asli) di tengah banjirnya informasi, baik dalam media cetak ataupun elektronik yang belum teruji kebenarannya.

Tentunya cara yang paling aman adalah dengan menetapkan referensi pokok yang dijadikan acuan atau filter terhadap segala data dan informasi sejarah yang masuk. Acuan pokok itu tak lain adalah Kitab yang berasal dari Dzat Yang Maha Menyaksikan dan Maha Menjaga yaitu Kitabullah al Qur-an. Ia dapat dijadikan pembanding bagi informasi yang memiliki kemiripan, pemutus bagi yang bertentangan dengan aqal sehat, serta menjadi sumber keterangan awal (bayan) disaat tidak ditemukan catatan informasi dari manusia tentang berbagai kejadian.

Sejarah Para Rosul dan Sahabatnya Adalah Cermin Pokok

Sejarah para rosul- terutama ‘Ulil Azmi- serta sahabatnya yang tergambar dalam Kitabullah dan Hadits RosulNya tidak lain adalah bentuk pengajaran dari Allah kepada setiap hambaNya. Patutkah hamba yang beriman mengambil contoh teladan lain selain dari Rosulullah dan muttabi’innya? Tentu kita mengerti mesti menjawab apa. Setelah Allah menetapkan tiada akan mengutus kembali RosulNya dan menurunkan KitabNya, berarti al Qur-an adalah sumber yang final dan bersifat universal di setiap zaman.

Disinilah letak pentingnya aktivitas taddabur al Qur-an secara kontinyu selama manusia masih diberi kehidupan agar hamba yang beriman memperolah kefahaman yang utuh dan paripurna sebagaimana diperintahkan Allah :

“Apa sebab (kamu) enggan mentadaburi al Qur-an, jikalau sekiranya al Qur-an ini bukan berasal dari Allah pastilah kamu temui pertentangan yang banyak didalamnya”
(Qs. An Nisa’ : 82)

Perlu diingat kembali bahwa perintah taddabur (memperhatikan ; mengkaji) adalah bentuk lafadz fiil mudhari’ ma’lum yang bermakna terus-menerus atau kontinyu bukan menjadi sambilan di sela-sela waktu luang. Artinya dituntut mendirikan majelis ilmu yang didalamnya terdapat pengajaran al Qur-an dengan pemahaman yang benar menurut rosul dan sahabatnya.

InsyaAllah bersambung….